Tsamud
adalah nama suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan
bagian dari bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam
bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama "
Alhijir " terletak antara Hijaz dan Syamyang dahulunya termasuk jajahan
dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa disapu angin taufan yang
di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan
pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.
Kemakmuran dan kemewahan hidup
serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad
telah diwarisi oleh kaum Tsamud.Tanah-tanah yang subur yang memberikan
hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang
berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumah-rumah
yang didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari
gunung.Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram ,sejahtera dan
bahgia, merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahawa kemewahan
hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Gunung-gunung batu tersebut
dibentuk kaum Tsamud menjadi istana, rumah, dan kuburan para petinggi
kaum. Pahatan ukiran dan ornamennya sangat halus, indah dan menakjubkan.
Wilayah kekuasaan kaum Tsamud
membentang hingga ke wilayah Petra (Yordania). Bedanya, Petra sudah
dijadikan komoditi parawisata inti Yordania selain Laut Mati.
Sedangkan Mada’en Shaleh masih
menjadi perdebatan antara kepentingan dinas pariwisata Saudi yang mulai
mengangkat Mada’en Shaleh sebagai komoditi pariwisata, dengan para ulama
yang berpendapat bahwa tempat tersebut adalah situs peninggalan “kaum
terlaknat,” sehingga umat Islam diharamkan untuk menziarahinya.
Kisah Nabi Saleh Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Saleh diceritakan oleh
72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah Al-A'raaf, ayat 73 hingga 79,
surah " Hud " ayat 61 sehingga ayat 68 dan surah " Al-Qamar " ayat 23
sehingga ayat 32.
Dikisahkan dalam Al-Qur’an, pada
zamannya, kaum Tsamud memiliki keahlian arsitektur luar biasa. Nabi
Shaleh, nabi kelima dari 25 nabi dan rasul yang tertulis, diutus Allah
SWT, mengajak mereka untuk bertauhid.
Namun, kaum Tsamud tidak menerima
Nabi Shaleh begitu saja. Mereka minta ditunjukkan satu mukjizat sebagai
bukti bahwa Shaleh adalah utusan Allah. Tak Cuma itu. Di luar batas
kewajaran manusia, mereka minta seekor unta betina keluar dari celah
bebatuan.
Nabi Shaleh pun berdoa meminta
kepada Yang Maha Kuasa. Doanya dikabulkan, dan keluarlah seekor unta
betina dari celah bebatuan. Ia lalu berpesan kepada umatnya, jangan
sampai menyakiti unta tersebut, apalagi membunuhnya. Azab Allah akan
menyapu bersih, kalau sampai unta tersebut dibunuh. Kaum Tsamud akhirnya
sepakat menjadi umat Nabi Shaleh.
Seiring perjalanan waktu, salah
seorang umatnya kemudian mengingkari dan nekat membunuh unta tersebut.
Menurut riwayat, konon sang pembunuh adalah utusan bersama para petinggi
kaum yang diiming-imingi hadiah seorang wanita cantik.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki
lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya di
lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ianya minum. Dan
begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya
oleh Musadda' yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di
perutnya.
Nabi Shaleh marah luar biasa. Ia
tahu, azab Allah tidak lama lagi akan datang dan membumi hanguskan
kaumnya. Karena, “mukjizat unta” hanyalah simbol kepatuhan kaum Tsamud
kepada Allah.
Setelah kejadian tersebut, kaum
Tsamud masih menantang Nabi Shaleh, karena ternyata azab tidak kunjung
datang melanda mereka. Maka, tidak lama berselang, murka Allah pun
datang. Angin puting beliung dengan suhu udara yang sangat dingin
menyelimuti hari-hari kaum Tsamud, diiringi gempa dahsyat.
Akhirnya, kaum Tsamud tenggelam
ditelan bumi. Yang tertinggal hanya beberapa rumah dan istana gunung
batu sebagai hasil karya besar mereka.
Kini, situs ribuan tahun itu
masih bisa dinikmati peziarah yang datang untuk sekedar berwisata atau
para arkeolog de ngan tujuan penelitian. Departemen Pariwisata Saudi
gencar memromosikan Mada’en Shaleh sebagai objek wisata se jarah selain
Dir’iyah, situs kota tua Raja Abdul Aziz, pendiri kerajaan Saudi
Arabia.
0 komentar